Jumat, 30 September 2011

Bangku Taman

4:59 PM
pada sebuah labirin


dibawah sorot lampu taman.
pada sebuah malam yang kelam.
isak tangis dan lolongan caci maki,
tumpah ruah dan mengudara.
bersama sejuta rasa kecewa.

dibawah sorot lampu taman.
kepala nya tertunduk lemas.
karena raganya telah kosong,
karena jiwanya baru saja mati.

dibawah sorot lampu taman.
cita dan asa meluap habis.
hilang bersama rasa percaya.

dibawah sorot lampu taman.
tertusuk oleh dinginnya angin malam.
nadi mulai lelah berdenyut,
dan jantung pun tidak lagi mau berdetak.

dibawah sorot lampu taman.
kunang-kunang kerlap dan kerlip.
mengajakku menari dan pergi jauh.
perlahan matapun terpejam.
dan air mata kini mengering.

dibawah sorot lampu taman.
aku meninggalkan dunia.

Senin, 26 September 2011

wall of family



this the big wall of my Nasution's family. One day we'll meet again, dad, grandpa , grandma.

make a wish

11:57 PM
central park,



if there is only one thing to wish for, this might be the grass wishes.

Minggu, 25 September 2011

Jumat, 16 September 2011

pasar rakyat

temaram sinar lentera malam
diantara langkah-langkah penuh harapan.
beratap langit telanjang bertabur bintang.
tampak rembulan tengah mengintip dari balik tirai semesta,
mencibir dan menghujati lakon kehidupan.

terdengar teriakan para penggantung nasib malam
yang mulai meneriakan sembah sapa..
menawarkan beraneka rupa lewat kepalsuan.
bermodalkan tenaga dan peluh keringat.
beralaskan tikar dan bambu-bambu tua sebagai etalase.
meleburkan harapan lewat nasib malam.

satu diantaranya, sebuah kios kecil
menjajakan seribu wajah kehidupan,
aneka rupa topeng kayu.
untuk bisa kau pilih disana, rupa mana yang paling sesuai.

tentu saja terjadi perkelahian,
jambak menjambak dan cakar cakaran.
spontan menjadi tawuran.
karena semua ingin topeng terbaik,
dengan rupa paling sempurna.
dan paras yang hanya dimiliki Tuhan.

si penggantung nasib hanya mengintip diam-diam
melihat pertarungan ketamakan dihadapannya,
ia hanya bergumam kecil pada dirinya..
mencibir dan menertawakan mereka semua.
kemudian dari balik tubuhnya terlihat sebuah topeng
paling berkilau dengan rupa yang paling indah,
yang sudah digenggam erat dalam kedua tangannya.

Selasa, 17 Mei 2011

kini bulan termenung saja

12:18 AM
Siloam; 4212

dan malam ini aku merindu,
pada malam-malam yang lalu,
saat bulan penuh haru menatap pada sepasang kunang-kunang
yang tengah menari dan mengudarakan cinta.

dan malam ini aku merindu,
pada malam-malam yang lalu,
saat bulan mengagungkan lolongan sepasang serigala
yang saling berkisah,
akan isi hati mereka berdua.

dan malam ini aku merindu,
pada malam-malam yang lalu,
saat bulan terpingkal dalam canda sepasang kodok
yang tengah bermesraan di atas selembar daun teratai.

dan malam ini aku merindu,
pada malam-malam yang lalu.
pada malam yang telah berlalu.
karena kini kulihat bulan termenung saja.

dear Haachrisch

Sabtu, 16 April 2011

suara kepala

Sunyi sepi dari luar,
Namun gaduh didalamnya.

Seperti kelas tanpa guru.
Seperti ada tawuran antar muridnya.
Campur aduk berhambur tawa, suara tangisan, teriakan yang mengintimasi dan ejekan.
Seorang anak yang terhujat oleh sebuah tolak ukur akan status kehidupan sosial.
Tersudut di pojok ruangan dan terabaikan.
Tersungkur menutup wajahnya dibalik kedua lutut dan tangannya.
Yang diam-diam mencakar dinding dan lantai.

Suara-suara yang terus merongrong dan tidak berhenti menyalak kepadanya.
Memaksanya untuk menelan seluruh pahit caci dan maki dengan basah liur yang menyiprat dari mulut-mulut bau got mereka.

Mata-mata yang menatap tajam dan penuh hujat.
Yang menelanjangi tubuh nya dari ujung rambut hingga ujung kaki.


Pergi! Pergi kalian semua!
Kalian lebih menjijikan dari kotoran!
Dan lebih menakutkan dari setan!
Aku ingin tenang!