Sabtu, 20 Desember 2014

Lana the Happiness Maker


Malam ini ada sebuah kisah sebelum tidur,

tentang Lana,
yang selalu bermimpi,
lalu ia jadikan mimpi itu sebuah cita-cita,
ia tanamkan dalam pemahaman sendiri,
untuk menjadi seorang HAPPINESS MAKER.
Dalam pikiran sederhana Lana,
konsep itu adalah membagi rata bahagia, untuk semua.
satu bahagia, semua harus bahagia. tiada lagi sedih dan murka.
Karena bagi Lana hanya ini caranya untuk bertahan hidup, untuk terus bernafas.
dengan melihat tawa, senyum dan air mata bahagia.



 tapi Lana,
sayangnya terlalu naif,
karena melupakan realita.
dan pada realita itu, Bahagia harus dibagi,
Pada prioritas dan srata, Profil dan kedudukan.
Ada porsi disana. tidak bisa sama.
Ada hujatan, ada ekspektasi.
Ada benci dan dengki.
dan sayangnya Lana terlalu lama bermimpi.
bahkan merasa lebih hidup dalam dunia mayanya, akan bayangan indahnya, sebagai seorang Pencipta Bahagia.
dalam realita, ia hanyalah seorang pendamba. karena hatinya habis dicacimaki kekecewaan.
Lana menjadi lupa untuk menginjak tanah itu lagi. Atau mungkin memang tidak mau?



diruang sumpek penuh cerita, 1:16AM

Kamis, 20 November 2014

Saya dan putaran ulang ke titik nol.

Saya dan putaran ulang ke titik nol.
kembali ke garis start, baru saja dimulai.
Berlari lagi, pada garis yang kini jelas ada.
ditentukan oleh mereka.

Saya dan putaran ulang ke titik nol.
Sebuah rasa yang dulu pernah saya lalui.
namun terlupa karena sombong diri, dan penurunan kualitas.
dan kini rasa itu sedikit demi sedikit mulai menggelitik tubuhku.
Membangunkan syaraf dan energi.
kembalikan nalar dan waras yang pernah hampir saya tinggalkan.

Saya dan putaran ulang ke titik nol.
sebuah proses yang ingin saya nikmati sendiri,
sebuah momen antara saya dan diri saya.
berbicara jujur dengan hati,
apa yang kami mau dan mampu selesaikan.

Saya dan putaran ulang ke titik nol.
semoga terus dan tanpa henti berlari
sambil tetap menjaga nalar dan waras,
untuk sampai garis finish.

Untuk proses yang terulang,  dengan saya yang berbeda.
semoga bisa memberi hasil yang lebih baik.

Selasa, 18 November 2014

Kisah hati

Pada lenguhan hiruk pikuk kemacetan jakarta pukul 7 malam,
Diantara klakson angkot dan deru mesin yang tidak sabaran,
Didalam sebuah sedan yang sedikit demi sedikit melaju,
Hati inipun saling berkisah lewat suara.

Rupanya begitu rindunya ia pada sang kekasih.
Yang selalu mengisi pikiran dan nyawanya.
Ia berkisah tentang bagaimana akhirnya hati mampu mempengaruhi seluruh organ lainnya hingga menjadi lemas tak bertenaga.
Tidak bergerak dan bekerja.
Hingga hari menjadi terbuang sia-sia.

Hati berkisah..
tentang apa yang dicarinya,
Tentang sosok yang selalu diidamkannya sejak kecil untuk temani seumur hayatnya.
Mulai dari pangeran tampan dan kuda putih, pahlawan gagah yang baik hati, Idola sekolah yang pendiam dan cool,
sampai ia beranjak remaja..
Kemudian tersebutlah kriteria lainnya mulai dari ukuran, warna kulit, suku, sifat bahkan agama.
Betapa rumit sosok itu untuk ditemukannya.

Namun kemudian, katanya lagi, ia menjadi begitu yakin pada akhir pencariannya,
Mungkin karena hati yang lelah mencari dan karena sosok sang pujaan dalam bayangan masa kecilnya kini sudah ia ditemukan.
Teringat lagi dulu, masa dimana hati terus mencari sosok dalam bayangannya.
bermimpi siang hari, sambil membayangkan sosok itu akan datang kepadanya.
Yang membuatnya tak pernah berhenti,
Pada petualangan hati menemukan kekasih.

Sambil terus bercerita, rasa rindu itu semakin dalam ia rasa.
Baginya kini, sosok kekasihnya lah yang paling nyata.
Runtuh sudah semua kriteria yang ia agungkan dulu.
nyatanya, cinta jatuh tanpa pandang bulu.
Meskipun puluhan jam dan berminggu-minggu hari dinanti untuk bisa sekedar
bertatap wajah hanya untuk semasa 3 jam saja.
Atau sekedar menanti hapenya  bergetar karena sapaan.
Tapi hati begitu setia.

Dan tanpa sadar hati telah mendewasa.
Sebuah ukuran dari diri sang pemilik yang semakin matang
Selain juga dr usia.

Teruntuk semua pemilik hati yang mendewasa,
yang berada pada sebuah fase berhenti mencari, tapi kini menjalani.

:)

Senin, 17 November 2014

tarian hujan


Kita dan kepalsuan



Sobekan Kertas

malam itu,
aku kumpulkan satu persatu sobekan kertas yang tercerai-berai dilantai.
sambil kubaca dan pahami dalam-dalam isinya,
lalu kueratkan dengan selotip seadanya.
mencoba menemukan esensi untuk aku simpulkan,
untuk jadikan sebuah kisah yang harus dipahami.




Rabu, 10 September 2014

Jembatan Zaman


Setiap jenjang memiliki dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi.
Tak bisa kembali ke kacamata yang sama, buka berarti kita lebih mengerti dari yang semula.
Rambut putih tak menjadikan kita manusia yang segala tahu.

Dapatkah kita kembali mengerti apa yang ditertawakan bocah kecil, atau yang digejolakkan anak belasan tahun seiring kecepatan zaman yang melesat meninggalkan?
karena kita tumbuh ke atas, tapi masih dalam petak yang sama.
Akar kita tumbuh ke dalam dan tak bisa terlalu jauh kesamping.
Selalu tercipta kutub-kutub pemahaman yang tak akan bertemu kalau tidak dijembatani.

Jembatan yang rendah hati, bukan kesombongan diri.


Karya:
Dee - Jembatan Zaman (1998)
Filosofi Kopi

Kunci Hati


Dalam raga ada hati, dan dalam hati, ada satu ruang tak bernama.
Di tanganmu tergenggam kunci pintunya.

Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutera.
Berkata-kata dengan bahasa yang hanya dipahami oleh nurani.

Begitu lemahnya ia berbisik, sampai kadang-kadang engkau tak terusik.
Hanya kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa-apa dengannya, duniamu runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis.

Tahukah engkau bahwa cinta yang tersesat adalah pembuta dunia?
Sinarnya menyilaukan hingga kau terperangkap, dan hatimu menjadi sasaran sekalinya engkau tersekap.

Banyak Garis batas memuai begitu engkau terbuai, dan dalam puja kau sedia serahkan segalanya.
Kunci kecil itu kau anggap pemberian paling berharga.

Satu garis jangan sampai kau tepis:
"Membuka diri tidak sama dengan menyerahkannya."

Di ruang kecil itu, ada teras untuk tamu.
Hanya engkau yang berhak ada di dalam inti hati kecilmu.

Karya:
Dee - Kunci Hati (1998)
Filosofi Kopi

Jumat, 22 Agustus 2014

Guru

Guru terbaik adalah belajar dari kesalahan kita sendiri.

Sabtu, 09 Agustus 2014

Duhai bayang-bayang

Kasian bayang-bayang,
karena cintanya kepada matahari hanya bertepuk sebelah tangan.
setelah ia menjadikan dirinya titik jatuh pada objek-objek sinarnya,
dan selalu ia jadikan dirinya keteduhan dari terik panasnya,
namun sang surya selalu pulang tanpa permisi.

Kasian bayang-bayang,
karena saat surya tenggelam,
ia ikut tenggelam bersamaan dengan datangnya malam.
menjadi tidak kasat oleh mata.
kemudian mencari-cari dirinya.
karena tiada sesiapapun yang akan merasa kehilangannya,
atau bahkan memikirkan, apakah ia butuh ditemani dalam kegelapan.

Rabu, 06 Agustus 2014

kesukaan

Kesukaan adalah ketika bernyanyi setengah teriak diantara hingar bingar kendaraan malam dan kau yang mengintip sambil tersenyum dibalik kaca :)

Sabtu, 26 Juli 2014

Magic

(From Coldplay BBC Concert - Ghost Stories)


"Call it magic. Call it true
Call it magic. When I'm with you."

"And I just got broken, Broken into two.
Still I call it magic. When I'm next to you "

"And if you were to ask me,
After all that we've been through,
Still believe in magic. Oh yes I do
Oh yes I do. Of course I d."

Apa Mauku ?


Coba tanyakan , “apa mauku?”
Pasti kemudian aku hanya akan terdiam kaku, bahkan tiada getar pada bibirku.

Apa mauku?
Apa yang aku mau?
“Aku mau apa?” – tanyaku, malah bertanya pada diriku.

AKU MAU APA?

Pertanyaan pendek tiga kata yang ringan, tapi begitu berat untuk bisa kujawab.
Mengingat masa kecil, begitu sering aku dendangkan lagu Doraemon :

“Aku ingin begini.. aku ingin begitu..
ingin ini, ingin itu banyak sekali.’

Rasanya Nobita begitu mudah mengutarakan jutaan keinginannya , begitu mudah ia utarakan, ini dan itu. Dan semudah itu pula kemudian Doraemon kabulkan semua keinginannya, meskipun dengan banyak konsekuensi dan akibat yang ada.

Jadi, AKU MAU APA?

Aku masih saja diam. Tidak tau apa yang aku mau.
Bagaimana bisa seorang seperti aku utarakan apa mau ku.
Tapi, mengapa tidak bisa?

Pernah aku dengar kisah tentang “The Bucket List”
Dan kemudian aku coba membuat punyaku, tapi tidak berhasil, dalam arti aku benar2 tidak tau.
Ujungnya hanya sobekan kertas atau coretan kasar diatasnya, kesal karena kurasa tidak tepat.
Tidak benar-benar apa yang aku mau.

Oke, sekali lagi, AKU MAU APA?

Coba akan aku utarakan, karena rasanya terlalu lama hati ini menyimpan di dalam.
Ingin rasanya bibirku meneriakan segalanya, ke segala arah.
Pada dinding, pada udara, pada tanah, pada semua.


AKU MAU TENANG.
Aku ingin mati dalam damai,
Dimana pada hari itu aku tau segala sesuatu pada tempatnya,
Semuanya baik-baik saja, dan mereka tertawa
Bahagia.

Aku ingin pada hari itu,
tidak ada lagi wajah yang menggerutu karena kebingungan.
Mata yang berkantung dan bengkak dipagi hari karena menahan pilu sepanjang malam.
Hati yang menangis karena sepi
Atau tubuh yang terluka dan memar karena sayatan benci.


Apa itu yang aku mau?

Rabu, 14 Mei 2014

Anxiety



Help me out, just get me out of here
Is anybody outside help some stranger here

Pull me up,  I'm gonna die in here
Can anybody out there want be my square

Is anybody there can watch me
Is anybody there can hear me
And I feel lost and I feel empty
Is anybody there can feel me

a letter from a daughter who misses her father so much




Daddy, why don't you protect me?
Someone's gonna hurt me, there's nothing I can do

Amnesia

Amnesia
bukan oleh benturan. tidak karena penyakit.
tapi karena diramu, olehmu.

jadi lupa tapi jadi merasa.
terlupa oleh bagaimana rupa dan isi kepalaku dulu, seakan kini aku bercermin pada wajah yang lain.
tapi jadi terasa rupa dan warna, masih asing tapi aku mulai terbiasa. kelamaan bahkan melemahkan.

dan detik ini, kamu justru benturkan aku.
seperti bayi yang terbangun dari tidur nyenyak dan kehilangan ibunya, aku tersesat.
kemudian aku tengok kebelakang dan mencari sisa rupa yang lama.
aku ingat, tapi puingnya sudah habis tak bersisa.
percuma aku cari, karena mungkin sudah kau sapu habis saat ramu aku.


Selasa, 21 Januari 2014

Dari Logika Kepada Hati

Dear Hati,
jika boleh aku sedikit berkisah tentangmu,

Malam itu kuhampiri kau,
mengapa kau begitu resah?
setiap kali aku lihat tumpukan kertas berisi daftar kesenangannya.
mengapa kau jadi begitu malu dan menjadi bersalah.
menyesali kesenangan yang kau sendiri lakukan.

aku berfikir keras, tidak mengerti.

oo..rupanya kata mu saat itu,
kau sedang menjadi hati yang angkuh,
yang terlupa akan tanggung jawab setelah kesenangan sesaat.

lantas kenapa kemudian kau malu dan resah?
ya tentu malu, karena kemudian aku menangkap basah seluruh kertas itu dan tidak
memarahimu, aku hanya berdehem dalam dalam dan berkata untuk tidak diulangi lagi.
tapi kau makin resah, karena tau setelah itu perbuatan mu menjadi beban untukku.

Rupanya,
katamu, hati belum mampu mendewasakan diri.
seringkali terlelap dalam kesenangan sesaat.
membabi buta dan pikiran pendek.
kau selalu begitu mudah lupa akan segala nasihat ku.
kata mu, kesombongan kadang terasa begitu nikmat.
meski kadang kau tau itu hanya akan memenjarakanku.

Hati, kau selalu datang padaku kemudian.
menangis tersedu dan meminta jalan keluar.
aku hanya menggeleng karena memang tidak tau harus berbuat apa-apa.

tapi tampaknya aku lelah.
karena beban ini terlalu berat aku pikul.
entah sampai kapan aku biarkan kau merajalela?

with love,
Logika


Senin, 13 Januari 2014

Jadikan Aku


Jadikan aku, ilalang.
agar tidak mudah asa ku pudar,
meski kau injak-injak dan ludahi.
Jadikan aku dandelion,
agar mudah kubuang rasa benci,
dan terbanglah bersama angin sore.
Jadikan aku batu,
agar kuat tekad ku untuk berlari, 
dan keras niat ku untuk tidak berhenti.

Mati dalam hening


Tadi malam,
dalam keheningan, dia ada.
disana. menatapku.
berteriak tanpa suara. tangisi aku.
yang baginya sudah mati.
aku pun menjadi tuli.
atau memang hanya ada keheningan?
kucoba tuturkan sebuah cerita.
mencairkan kekakuan yang kami sama-sama rasakan.
tapi kini ia tulikan indranya. kemudian membalikan tubuhnya.
hendak pergi.
akupun merajuk.
memintanya tinggal lebih lama.
inginku dibelainya lagi.
tapi itu tadi, baginya aku sudah mati.
dan bagi mereka semua.

yang tertinggal hanyalah keheningan.




Jangan-jangan

Jangan ucap lelah, jika kamu masi mampu.
Jangan katakan sakit, jika memang bisa kau tahan.
Karena hanya akan menjadi semakin lelah dan sakit.

Mengapa lelah?
Seberat itukah beban yang kau pikul?
Sudahkah kau kerahkan seluruh ragamu?
Apakah sudah?

Benarkah sakit?
jika kau sendiri tau obatnya,
atau jika kau mampu mengurangi sendiri rasanya.
Sudah coba kau telan sakit itu?

Atau jangan-jangan kau hanya melebih-lebihkan ceritamu!