Selasa, 31 Agustus 2010

Surat Kaleng

Hai.
apakabar?
bagaimana keadaanmu disana?
Sekarang musim sedang hujan, dingikah?
adakah selembar selimut disana?
Tapi siangnya juga sangat menyengat.
Adakah tempat teduhmu?
Dan bila malam datang,
adakah sinaran bohlam untuk menerangimu?

Sepikah?
Siapakah kawan berceritamu?

IMU.ACA
IMU
IMU
IMU
IMU
ACA
ACA
ACA

empat kali empat sama dengan enam belas
dan aku tau kau takkan sempat membalas.
:'(

Ayah

Didalam sebuah ruang gelap
aku terduduk tanpa popcorn ditangaku
menatap lurus kedepan
kesebuah layar tancap,
dari kain besar dengan tembakan proyektor.

Filmnya diputar.
bagaikan slideshow presentasi..
adegan demi adegan kupandangi.
tanpa ada durasi..
semua pelak kuingat dengan jelas.
detik demi detik adegan itu.

2 minggu berlalu.
dan aku masih saja duduk disana
ditempat yang sama.
memandangi layar kusam yang disoroti proyektor.
setiap tengah malam. semua adegan itu diputar kembali.

dan masih saja aku disini.
terduduk, menyesaki adegan itu.
terisak tanpa suara dan air mata.

aku kangen, Ayah.

Rabu, 18 Agustus 2010

Ayah

sosok 1 : "berikutnya.." (kemudian melihat catatan panjang ditanganNya dan sekilas melihat ke arah ayah dan berkata lagi ) ... "hemmm.. Agus Cipto Ajie."
Ayah : "Hamba"
Sosok 1 : " Dalam catatan Ku kamu meninggal dan sebuah acara keluarga. Sehabis solat dzuhur dan tengah meneguk segelas teh tarik sambil bersenda gurau."
Ayah : "Hamba"
Sosok 1 : " Dalam catatanKu pula kamu adalah seorang suami dan ayah dari 4 orang anak."
Ayah : "Hamba"
Sosok 1 : " Apakah kamu bahagia dengan keluargamu? apa sudah cukup bakti anakmu? apa sudah sakinah keluargamu? apakah mereka patuh terhadapmu? Apakah istri dan anakmu menyayangimu? dan apakah kamu sudah cukup puas dengan waktu yang telah KU berikan?"

Kemdian Ayah terdiam sejenak. pikirannya menyelam jauh ke beberapa masa yang lalu.
Ayah : " Hamba memang merasa asing dirumah hamba. Sudah lama hamba tidak tidur bersama istri hamba, anak-anak hamba acuh. Bahkan seringkali membangkang. Anak tertua hamba seringkali tidak mau mendengar nasihat hamba, seringkali geram. Anak kedua hamba terlalu sibuk dengan diri dan perkejaannya sampai larut malam. Dan penerus hamba nantinya, putra-putra hamba, acuh terhadap hamba, terlalu asik dengan dunia maya dan pergaulannya.
Seringkali hamba ditiadakan, oleh kesibukan mereka. Hamba hanya berkawan pada televisi hingga larut malam.. menanti mereka pulang. Seringkali mereka kesal, padahal hamba khawatir. Seringkali suara hamba tidak didengar, hamba ditiadakan. Dan dipandnag sebelah mata.
Hanya pada dinding hamba berkeluh kesah tentang pekerjaan hamba dan kepada layar televisi hamba menceritakan kejadian lucu dkantor hamba, dan lomba paduan suara yang hamba menangkan. Seringkali hamba larut dalam tangis hamba. dalam ibadah dan doa hamba meminta agar doa hamba diampuni, karena tidak mampu memimpin keluarga hamba agar sakinah"

Mata ayah pun berkaca, Ayah pun tertunduk menutupi sesak hatinya. Namun sesaat kemudian ayah tersenyum dan berkata:
Ayah : " Namun Hamba bahagia ya Tuanku, karena di bulan bulan terakhir waktuku, Aku merasakan kasih sayang yang luar biasa dasyat dari mereka. Istriku yang selalu menjaga ku dan mengingakan waktu minum obatku,,yang setiap malam menangis dan mendoakanku. Anak-anak gadisku yang sudah kerja dan mencari nafkah sendiri dan anak laki-lakiku yang menemaniku waktu nntn tvku. Aku merasakan kasih sayang mereka ya Tuanku. Terbayar sudah kesendirianku hanya dalam 3 bulan waktuku. Dan kini aku tersenyum lega melihat mereka dari atas sini Tuanku. Mereka tegar. Kulihat mereka makin akur dan erat. Nantinya mereka akan membuat ku bangga dari sini Tuanku. Anak-anak Gadisku akan menjaga Istri dan anak lelakiku. Mereka pantang menyerah demi ibu dan adik-adiknya. Dan Nantinya anak-anak lelakiku akan menjadi pemimpin dirumahku, imam untuk keluarga ku..
Mereka akan menghiasi rumah kami dengan salawat dan menaburi ku dengan doa, sehingga aku tidak lagi merasa sendiri. Aku puas Tuanku. Aku ikhlas. Dan ini memang sudah waktuku."

Sosok 1 : "Kalau begitu kamu boleh masuk"

Rabu, 11 Agustus 2010

Ayah

Hujan terus. Basah
Ibu pertiwi menangis
Alam semesta berduka
fauna meratap dan meraung
Flora tidak lagi mekar.kelabu

Ini bukanlah kisah efek pemanasan global
Bukan jg kisah sedih di hari minggu.

mati.meregang tanpa nyawa
Melihat cahaya surya redup. Gelap
Selamanya.

Kini Semua menanti
Bahu membahu
Mencipta lagi sang surya.
Buatan sendiri.
Nyala redup nyala redup.
Tapi setidaknya cukup untuk menerangi jalan setapak.

8 agustus 2010. Sang surya tidak kembali

Selasa, 10 Agustus 2010

ayah

selamat ulang tahun :)
semoga apa?
panjang umur?

bukan

semoga sehat selalu?

bukan
semoga apa?
:'(

ayah

aku dengar suara tv.
pukul satu malam.

selalu disana.
ditempatnya duduk.
menanti waktu tidurnya.

jari2 panjangnya berlompatan memencet remot
menanti semua pulang.

kini berhenti
dan kelamaan hilang.
aku sepi.

ayah

ayah

ayah..aku...
ayah. akuu....
ayah dengar dulu.. akuu
ayah tunggu... aku.
tapi yah.. aku..
sebenarnya aku..
ayah
ayah
ayah
ayah
ayah
ayah
ayah.
:'(
:'(
:'(

Rabu, 04 Agustus 2010

rutinitas x

yak. musim liburan telah tiba.
anak-anak masuk sekolah setelah 3 bulan libur sememster
begitu pula dengan rutinitas x .

kembali di gelar di malam hari, saat semua sedang terlelap.
seperti hantu yang datang diam2 tanpa suara.
dari balik kaca bulat biru itu,
mungkin ada wajah menyeringai.
menikmati rutinitas x.

rutinitas x