Coba tanyakan
, “apa mauku?”
Pasti kemudian
aku hanya akan terdiam kaku, bahkan tiada getar pada bibirku.
Apa mauku?
Apa yang
aku mau?
“Aku mau
apa?” – tanyaku, malah bertanya pada diriku.
AKU MAU
APA?
Pertanyaan
pendek tiga kata yang ringan, tapi begitu berat untuk bisa kujawab.
Mengingat
masa kecil, begitu sering aku dendangkan lagu Doraemon :
“Aku ingin begini.. aku ingin
begitu..
ingin ini, ingin itu banyak sekali.’
Rasanya
Nobita begitu mudah mengutarakan jutaan keinginannya , begitu mudah ia
utarakan, ini dan itu. Dan semudah itu pula kemudian Doraemon kabulkan semua
keinginannya, meskipun dengan banyak konsekuensi dan akibat yang ada.
Jadi, AKU
MAU APA?
Aku masih
saja diam. Tidak tau apa yang aku mau.
Bagaimana
bisa seorang seperti aku utarakan apa mau ku.
Tapi,
mengapa tidak bisa?
Pernah aku
dengar kisah tentang “The Bucket List”
Dan
kemudian aku coba membuat punyaku, tapi tidak berhasil, dalam arti aku benar2
tidak tau.
Ujungnya
hanya sobekan kertas atau coretan kasar diatasnya, kesal karena kurasa tidak
tepat.
Tidak
benar-benar apa yang aku mau.
Oke, sekali
lagi, AKU MAU APA?
Coba akan
aku utarakan, karena rasanya terlalu lama hati ini menyimpan di dalam.
Ingin
rasanya bibirku meneriakan segalanya, ke segala arah.
Pada
dinding, pada udara, pada tanah, pada semua.
AKU MAU
TENANG.
Aku ingin
mati dalam damai,
Dimana pada
hari itu aku tau segala sesuatu pada tempatnya,
Semuanya
baik-baik saja, dan mereka tertawa
Bahagia.
Aku ingin
pada hari itu,
tidak ada
lagi wajah yang menggerutu karena kebingungan.
Mata yang
berkantung dan bengkak dipagi hari karena menahan pilu sepanjang malam.
Hati yang
menangis karena sepi
Atau tubuh
yang terluka dan memar karena sayatan benci.
Apa itu
yang aku mau?